Daftar Blog Saya

Kamis, 30 Oktober 2014

Belajar Menulis Ke Rumah Dunia

Malam itu tiba-tiba ada sms, bahwa besoknya tanggal 31 Agustus 2014, anggota Lingkar Studi Pelangi akan berkunjung ke Rumah Dunia. Tiba-tiba galau melanda tepatnya hari itu akan berangkat ke Anyar. Tapi interest ke Rumah dunia semakin bertambah, sudah  lama tak berkunjung ke sana tepatnya semenjak SMA. Sudah lama sekali, waktu itu pelatihan penulisan juga, lebih tepatnya membuat mading sekolah yang menarik.
Akhirnya memutuskan untuk ikut ke Rumah Dunia. Berkumpul dengan orang-orang yang terus mencari ilmu di majlis ilmu emang selalu di rindukan. Dengannya kita selalu termotivasi, ada hal-hal baru yang selalu menarik.

Materi pertama tentang bagaimana mendirikan Taman bacaan/perpustakaan yang disampaikan oleh Mas Gol A Gong, ternyata memang tidak mudah tapi jika kita mau mungkin juga tidaklah susah. Hanya terkadang tinggal bagaimana kita menjalaninya. hal-hal apa saja sih yang harus ada untuk menidirikan taman bacaan atau perpustakaan. Menurut mas Gol A Gong harus jelas dulu, apakah ini mau membuat taman bacaan apa perpustakaan. karena jika taman bacaan buku-bukunya juga jangan buku pelajaran, biasanya yang lebih serius/buku pelajaran seperti itu cocok untuk perpustakaan. Hal-hal yang harus ada itu yaitu: 
  1. Sekretariat
  2. Dana
  3. Sumber Daya Manusianya (sukarelawan)
  4. Buku-buku
  5. Visi dan Misi
foto-foto ketika di rumah dunia :
Penyerahan kenang-kenangan dari A july pendiri LSP (Lingkar Studi Pelangi ) kepada penulis Gol A Gong
 penulis Gol A Gong dan Diday Tea

Materi kedua yaitu tentang Penulisan buku yang disampaikan oleh Ka Diday Tea dan Mas Gol A Gong. menurut mas Gol A Gong" Menulis itu membaca dua kali" sedangkan jika kita hanya membaca akan stagnan. Mas Gol A Gong merupakan penulis senior yang sudah banyak kita temui karyanya entah itu di majalah atau buku sedangkan Ka Diday Tea merupakan penulis yang sudah menulis dua buku yang juga merupakan alumni dari kelas menulis di Rumah dunia, buku yang pertama yaitu Oase Kehidupan dari Padang Pasir dan yang kedua yaitu Apa yang Paling Berkesan Hari ini? beliau bercerita bagaimana prosesnya menulis buku. 

Memang setiap apapun itu butuh ketelatenan, keuletan dan kesabaran. karena menurut saya seseorang yang bisa memulis bisa sampai satu buku itu keren, kenapa? karena tidak mudah mengumpulkan ide, terus menuliskannya, menyusunnya, mengeditnya. tanpa keinginan kuat untuk menyelesaikannya. Ka diday tea asli dari Bandung dari SMK Jurusan Analisis Kimia dan hijrah ke Cilegon setelah diterima di salah satu perusahaan yang ada di Cilegon dan sekarang tinggal di Qattar. Menurut beliau menulis itu harus sering mengumpulkan ide, mengumpulkan ide bisa darimana saja. Ada seseorang yang ketika perjalanan pulang mungkin dihabiskan untuk bengong, ngelamun, tidur, maen hp dengerin musik atau bisa juga dimanfaatkan dengan yang lebih bermanfaat misalkan membaca buku atau menulis, dari draft-draft tulisan yang bisa ditulis di hp misalkan beliau kirim ke email. Entah itu tulisannya belum menjadi utuh baru ide, kemudian beliau kumpulkan dalam satu folder dan  disusun kemudian mengeksekusi ide, jangan membuat Time Frame , memetakan buku mana yang belum diisi orang lain, 5w+ 1H diterapkan di keseharian, membuat tabel tulisan dan dikasih nomer, membuat outline, membuat sinopsis, dan salah satu tak kalah penting yaitu ikut komunitas penulisan. Menurut beliau juga bahwa bisa sampai jadi buku dan bisa berada di toko buku merupakan proses yang tidak cepat bisa mencapai satu tahun, karena untuk dicetak terkadang harus mengantri terlebih dahulu. 

Dan ternyata memang setelah banyak membaca buku tentang bagaimana menerbitkan buku, banyak macamnya, ada yang Self Publishing dan ada pula yang lewat jalur penerbit yang distributornya ke toko-toko buku. Apapun itu, keep spirit to reach your dream, semangath!!! 

foto bersama peserta :
Anggota LSP bersama penulis Gol A Gong  

 
anggota LSP bersama penulis Diday Tea 

buku pertama dan kedua Ka Diday Tea

"kejar passion mumpung masih muda, tak ada kata terlambat dan coba realisasikan apa yang selama ini masih menjadi angan-angan"