Banyak yang mengartikan diet dengan pengertian tidak makan,
gak sarapan atau makan siang dan makan malam. Padahal menurut berbagai sumber,
kalau diet itu berarti mengatur pola makannya, mengurangi porsinya yang
biasanya dua centong misalnya jadi setengah centong atau memang menghindari
makanan tertentu.
Issue bahwa rokok
akan dinaikan harganya, apakah hanya menjadi isapan jempol belaka ?
Saya melihat DP yang beseliweran di dunia maya, rokok harganya menjadi RP.50.000
bahkan ada yang RP.80.000 . Itu rokok apa daging yak?
Saya sering banget ngingetin kakak saya yang merokok, dan
ngebahas what if harga rokok naik?
Dan beliau bilang:
“Ngeladeni lah,
berhenti pastinya”
“beneran?” lah wong sepenglihatan saya, karena harganya
masih normal konsumsinya normal seperti biasa. Yah, kali aja gitu kan yah ada
berita itu mulai nyicil pembiasaan diet rokok. Karena saya percaya bahwa
menghapuskan kebiasaan buruk itu bukan sesuatu hal yang mudah. Gak mungkin kan ujug-ujug berhenti? Pastinya dikurangin
sedikit demi sedikit. Untungnya kalau abah udah berhenti ngerokok, itupun
awalnya sering saya cerewetin hihihi. Tapi tetep aja sih, kalau orang yang kita
maksud belum ada niatan untuk berhenti. Bakalan susah banget, jojong wae kitu.
Saya agak bingung juga sih, kenapa buku-buku yang ngebahas
tentang bahaya merokok, kerugian akibat ngerokok dan terutama jahatnya produsen
rokok tuh justru minim sekali bahkan enggak ada atau sulit ditemukan. Dulu
jaman SMA, kebetulan di lemari ada buku tentang rokok ini. Judul bukunya”Manfaat
rokok bagi anda?”yang ditulis oleh Dr.Usman Ali. Pas baca bukunya, dari sejarah
rokok, rokok di negara maju, menurut pandangan kesehatan dan islam disitu kaya
dibuka lebar-lebar kalau memang masalah rokok itu sebenarnya sesuatu hal yang
sangat serius.
Ketika di negara-negara maju kesadaran masyarakat akan masalah rokok meningkat. Sehingga mempengaruhi penjualan merokok, dan merosot tajam. Justru para produsen ini mengincar negara-negara miskin.
Penggalakan merokok di negara-negara miskin merupakan pembudakan gaya baru (Lancet 1984:23-24)
Kita dapet informasinya formalitas saja kan? Cukup liat di
bungkus rokok, merokok dapat menyebabkan blab la bla bla. Padahal jahatnya
melebihi yang ada di bungkus rokok itu lho.
Kalau misalkan di angkot, ada yang ngerokok. Udah mah
pengap, ada asep pulak. Ditambah lagi kita tahu bahwa itu asep lebih berbahaya
kita isap daripada perokoknya itu sendiri. Biasanya saya akan tutup hidung, mengisyaratkan”Boleh, enggak rokoknya
dimatiin dulu” Nah dikodein kaya gitu, ada yang langsung matiin tanpa kita
minta. Si mas-mas ini berarti masih ada rasa malu dan peduli. Tapi ada juga
yang masa bodo, udah diisyaratin juga. Ada juga yang bahkan sudah ditegur
secara sopan pun tetep keukeuh. Jangan
segen atau ga enakan kalau masalah kesehatan kaya gini.
Ditambah lagi dengan iklan-iklan rokok yang indah-indah
banget, sok-sok an menginspirasi dan memotivasi. Di sepanjang jalan ga pernah absen iklan
rokok . Come on, mau pada stop
yang ngerokok apa mau tambah banyak yak?
Sebenarnya ini tulisan sudah mengendap dari semenjak issue rokok itu ada dan sekarang sepertinya pelaksanaannya belum yah. What if kalau beneran yah? mungkin kah akan banyak perokok yang berhenti? atau malah takutnya kriminalitas meningkat gara-gara kebutuhan ingin merokok?
Karena jujur saja, mengubah kebiasaan buruk itu memang bisa tapi tidak mudah. Saya saja sok-sok diet nasi dan gorengan tapi kenyataannya memang gak mudah.
Sebelum berhenti merokok, mereka juga pastinya mengurangi sedikit demi sedikit baru bisa benar-benar berhenti. Atau mungkin para perokok ini kudu bikin pengumuman dulu di sosial media "Mohon maaf, jangan nawarin saya rokok, lagi on diet" Karena sesungguhnya lingkungan kita itu berperan sangat besar loh, terutama teman. Ini tuh gara-gara saya nonton cerita Soyou berhasil diet.Jadi dia bikin pengumuman di sosial medianya bahwa jangan ngajakin dia hangout. karena otomatis ketika ngajakin hangout biasanya cemilan kalorinya banyak. Dia nulis di statusnya"saya lagi diet, jangan hubungi saya".
Mungkin kalau belum kuat buat nahan gak ngerokok, mendingan pas ada temen yang mau ngerokok. Kabur aja dulu kemana gitu, daripada ketularan lagi terus dietnya ditunda besoknya lagi terus nanti kaya gitu mulu lagi.
"Mendingan uangnya buat makan bareng keluarga, jalan-jalan, beli barang yang disuka dan investasi. Budget buat rokok sebulan tuh gede banget kalau dihitung-hitung"
Enggak mudah tapi pasti bisa, hargai mereka yang sedang ingin berubah. Semoga bisa ^.^
Sebenarnya ini tulisan sudah mengendap dari semenjak issue rokok itu ada dan sekarang sepertinya pelaksanaannya belum yah. What if kalau beneran yah? mungkin kah akan banyak perokok yang berhenti? atau malah takutnya kriminalitas meningkat gara-gara kebutuhan ingin merokok?
Karena jujur saja, mengubah kebiasaan buruk itu memang bisa tapi tidak mudah. Saya saja sok-sok diet nasi dan gorengan tapi kenyataannya memang gak mudah.
Sebelum berhenti merokok, mereka juga pastinya mengurangi sedikit demi sedikit baru bisa benar-benar berhenti. Atau mungkin para perokok ini kudu bikin pengumuman dulu di sosial media "Mohon maaf, jangan nawarin saya rokok, lagi on diet" Karena sesungguhnya lingkungan kita itu berperan sangat besar loh, terutama teman. Ini tuh gara-gara saya nonton cerita Soyou berhasil diet.Jadi dia bikin pengumuman di sosial medianya bahwa jangan ngajakin dia hangout. karena otomatis ketika ngajakin hangout biasanya cemilan kalorinya banyak. Dia nulis di statusnya"saya lagi diet, jangan hubungi saya".
Mungkin kalau belum kuat buat nahan gak ngerokok, mendingan pas ada temen yang mau ngerokok. Kabur aja dulu kemana gitu, daripada ketularan lagi terus dietnya ditunda besoknya lagi terus nanti kaya gitu mulu lagi.
"Mendingan uangnya buat makan bareng keluarga, jalan-jalan, beli barang yang disuka dan investasi. Budget buat rokok sebulan tuh gede banget kalau dihitung-hitung"
Enggak mudah tapi pasti bisa, hargai mereka yang sedang ingin berubah. Semoga bisa ^.^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar