Apalah pula itu judul tulisan. Tapi menurut saya sendiri , menulis merupakan seperti memasak.
Terkadang bahannya sama, tapi hasilnya ko beda?
Setiap orang memiliki daya imaginasi nya masing-masing, entah itu berasal dari hasil membaca, menonton, mendengarkan dan bahkan mengalami. Pasti setiap fase-fase tadi tidaklah sama pada setiap orang. Maka, terkadang dari hasil tulisannya bisa terlihat karakter "sang penulis" tadi.
Misalnya nih, kita ingin memasak dari bahan ikan bandeng
Ibu yang pertama imaginasinya cuma ikan bandeng dikunyitin terus digoreng......
Ibu yang kedua, kayanya bosen bandengnya digoreng mulu. bereksperimenlah ia mencoba bandeng digoreng dicampur sambal. Jadilah bandeng balado
Satu bahan, beda imaginasi, beda selera. tinggal jurinya yang mencicipi enakan mana yah masakannya, apakah bumbu-bumbunya sudah pas di lidah. terkadang sesuatu hal yang baru dan sepertinya unik belum tentu pas loh...........
Akhir-akhir ini saya sendiri mungkin sedang belajar. Iya, ma'lum masih amatiran, hu.....hu.....
Sering ikut kompetisi-kompetisi nulis, tapi sering juga gagal
huuuuusshhh jangan ngetawain saya, saya jadi sedih kan, hiksss
Akh, tapi saya selalu yakin. dari proses tempaan demi tempaan itu pasti ada suatu proses pembelajaran yang mahal. memang, harus tahan banting dan pantang menyerah. Bahkan harus siap patah hati berulang-ulang.
Apakah saya manusia baja?
Tidak, saya hanya manusia biasa. Yang di dalam dirinya terkadang rapuh dan merasa lelah.Tapi dari setiap kompetisi nulis yang saya ikuti. Saya akan kepoin pemenangnya, dari situ saya belajar. Oalah pantas menang, emang tulisannya detail, informatif....bla....bla.....dan lain-lain lah pokonya.
Dengan ikut, akhirnya saya tahu, yah dikit-dikitlah. Setiap genre pasti berbeda kriteria. Travel writing mungkin agak berbeda dengan Essay misalya.
Ada salah satu kompetisi yang saya ikuti semenjak 2012 hingga sekarang. setiap tahun kompetisinya. Euforia pesertanya pun tak pernah padam. Kompetitiblog, kalau sekarang Holland Writing Competition 2015. Tahun-tahun pertama masih ciut, ga pede, idenya mentok pas baca-baca peserta-peserta yang lainnya, enggak keposting cuma nyampe berapa paragraf. Tahun ke dua, agak pedean , mo jelek mo kaga harus keposting. Tahun 2014 tiba-tiba enggak diadain dulu. Tahun ini kembali berjibaku. Infonya telat 10 hari, tapi masih punya waktu kurang lebih sebulan. itulah yang saya pikir pertama kali. Tapi bukankah tak ada persiapan yang terlalu pagi?
Setiap hari, baca artikel-artikel dan vidio berbahasa inggris. Nyoba ngerti dan pahamin. Kadang saking rumitnya mandeg. Target terposting 4, batas maksimal ternyata hanya mampu terposting 3. Saya hanya berharap ketiganya bisa meluncur tembus sampai salah satunya ada yang nangkring jadi jawara.
Akkhhh, elah pas awal-awal agak aneh juga tulisan-tulisan baru mencapai puluhan, terus ga nyampe dua ratus padahal waktu itu sudah beberapa hari lagi deadline penutupan. Tiba-tiba hari-hari terakhir melonjak naik terus hingga hari ini mencapapi 700 peserta. Alamak ternyata perkiraan saya salah.
Bahasan tentang Belanda seakan menjadi makanan sehari-hari saya. Sepertinya saya sedang mencoba menguliti setiap inci informasinya. Saking udah terlalu seringnya, mungkin udah ngeblenek ini. Apa lagi yah? resep apalagi yang bisa beda tapi menarik dan mudah dipahami.
Setiap tulisan sendiri kadang seperti memiliki nyawa, menyihir tiap pembacanya agar tidak bosan. Nah, ini dia nih yang saya cari. Dan ga setiap orang memiliki kemampuan ini. Pas baca peserta-peserta yang lain ternyata banyak yang bagus.
Iyah, akhirnya dari setiap usaha yang saya jalani, berharap ada keajaiban. Kali aja jurinya lagi khilaf nunjuk saya jadi jawara. Ahahaha pemikiran yang mulai ngaco.
Untuk bisa nyampe ke posting, kudu mewek rebutan laptop ama si teteh gara-gara hape dan laptop sendiri ilang, sakit pinggang seharian ngerjain deadline, luangin waktu bahkan konsen ke subjek ini.
Ga enak yah berjuang? begitulah harga dari sebuah mimpi. Ada satu waktu pas kecewa dikira ga di submitted di blog panitia. Nangis, soalnya hasilnya ga sebanding. Kapok? Untuk sesaat saya marah. tapi kemudian saya bertanya pada diri saya sendiri.
Segini doang, perjuangannya?
Semangat saya gempur lagi. Enggak liat hasil, yang penting usahanya. berjuang sampai tetes terakhir pokoknya. Untuk kualitas tulisan, saya sendiri ga tahu apakah sama dengan para peserta lainnya.
Finally, tinggal nunggu hasil, sambil terus berdo'a semoga mendapatkan yang terbaik dan memang ada rejekinya untuk kesana.
"Kegagalan adalah, ketika ia berhenti untuk mencoba"
Jika gagal
coba lagi
gagal?
Coba lagi
Yah, pasti adalah mentoknya, yaitu kemenangan. Kan setiap proses ada hikmahnya. Ibarat grafik Alhamdulillah ada perubahan. Jangan lihat hasil.
Salam perjuangan!!!!
Selamat berjuang kembali ^.^
artikel pertama
artikel ke dua
artikel ke 3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar