Sebenarnya kita itu suka cerita
dan mendengarkan cerita. Karena itu merupakan salah satu komunikasi kita
sebagai makhluk sosial. Yups, kita suka mengutarakan isi pikiran, entah itu
melalui tulisan maupun lisan. Bisa nulis-nulis enggak jelas, curhat ke orang lain, ngomong sendiri atau curhat kepada sang pencipta.
Seiring berkembangnya jaman
curhatan itu berpindah bentuk dari cuman nulis-nulis di diary yang sifatnya
sangat rahasia sampai ada kunci gemboknya segala. Sehingga otomatis orang yang
bisa membacanya hanya yang punyanya. Dan perubahan sekarang semua itu
berpindah.
Suatu ketika kakak saya cerita
tentang “curhat” melalui “cerita raja bertanduk”. Sebenarnya saya menanyakan
juga bukunya biar saya baca langsung, Cuma karena kata beliau, entah dimana
bukunya. Jadi saya cerita ulang saja, dan ketika saya mengecek ulang di google
ternyata versinya berbeda. Saya ceritakan versi kakak saya saja.
Cerita raja bertanduk
Ada seorang raja muslim yang selalu memakai sorban. Kemana-mana selalu
memakai sorban, tak pernah sorban itu terlepas dari kepalanya. Sampai orang-orang
disekelilingnya pun terheran-heran bahkan tidak ada yang pernah melihatnya
membuka sorbannya.
Sampai suatu ketika, ada yang memergoki raja membuka sorban di
kepalanya ketika sedang wudhu. Itu pun dini hari sekali ketika orang-orang
masih terlelap dalam tidurnya. Orang yang memergoki ini adalah pengawal raja
yang baik dan setia. Dan bagaimana kagetnya orang ini ketika melihat dengan
kepalanya sendiri bahwa raja bertanduk. Pengawal ini sebenarnya awalnya sangat
penasaran mengapa sorbannya tidak pernah dilepas, hingga dia pagi-pagi sekali
mengintip raja dan melihat kebenarannya.
Orang ini sebenarnya ingin sekali menegur tapi bingung dan justru
berkecamuk dalam dirinya pertanyaan”Mengapa raja tidak pernah menceritakannya?”.
Akhirnya kebenaran itu dipendam terus orang ini pun tak pernah menceritakan
kepada siapapun. Bahkan hanya untuk menanyakan ke raja pun tidak.
Rahasia itu pun disimpan rapat, hingga pada akhirnya orang ini enggak
kuat juga dan pergi ke hutan. Akhirnya
ia bercerita pada pohon yang paling besar. Setelah menceritakan semuanya
akhirnya dia merasa plong. Tapi orang ini tidak pulang-pulang ke istana selama
bebrapa tahun, sampai di cari-cari oleh raja. Tapi karena sudah merasa plong ia
akhirnya pulang.
Suatu ketika raja menyuruh untuk membuat bedug dan mengerahkan para
pengawal untuk mencari kayu . Akhirnya sampailah para pengawal di hutan yang
dulu pernah tempat curhat pengawal setia tersebut. Si pengawal setia bingung
ketika yang terpilih adalah kayu yang paling besar yang dia curhatin.
Akhirnya bedug sudah jadi dan ketika di pukul, bunyinya ternyata”raja
bertanduk” . Setiap dipukul berbunyi seperti itu. Raja kaget, dan terlebih
rakyat nya juga mendengarkannya. Akhirnya raja marah dan pengawal setia itu
mengaku bahwa dialah yang bercerita pada pohon itu saking tidak kuatnya.
Tapi karena raja baik hati, beliaupun akhirnya memperlihatkan tanduknya
dihadapan semua orang. Sebenarnya dia menyimpan rahasia itu, karena raja
khawatir terhadap rakyatnya. Takut diagung-agungkan karena keberbedaannya. Dan
akhirnya raja pun menasehati pengawalnya”tidak apa-apa curhat, tapi lebih baik
lagi curhatlah kepada yang menciptakan kita”. Akhirnya pengawal itupun jadi
pengawal kepercayaan sang raja.
Kakak saya menasehati sebaik-baiknya curhat hanya pada
sang pencipta. Kalaupun ingin curhat, curhatlah pada keluarga. Keluarga tidak
akan menjerumuskan kita. Saya manggut-manggut saja mendengarnya.
Saya sendiri masih suka nulis di
diary, yah walupun mungkin tidak seperti dulu. Media curhat kita itu banyak, di
jaman sekarang ini. Hanya saja, saking banyaknya pilihan kadang kita tidak
memilah-milah mana yang boleh di publish di
orang banyak dan mana yang kita jadikan privasi.
Tidak semua perasaan atau emosi kita harus tumpahkan di media sosial. Ternyata ke-jaman duluan kita yang hanya menggunakan buku diary untuk curhat, justru lebih privasi dibandingkan jaman sekarang yah. Ketika dulu kita malu,sampai harus digembok segala hahaha.
Jaman telah berubah memang. Menurut saya, curhat itu penting untuk kesehatan jiwa. Tapi penempatan curhat itu sendiri yang harus kita tempatkan dengan baik. Kadang masalah sepele bisa menjadi sangat besar bagi diri kita tapi ketika kita ceritakan pada orang lain, orang lain akan memberikan nasehat dengan kacamatanya yang lebih sederhana. Karena ibaratnya kita itu sedang "sakit" sulit berpikir lebih jernih. Nah terkadang kita butuh orang menjernihkan. Padahal terkadang tuh yah, kita curhat pun sebenarnya orang yang dicurhatin pun cuman mendengarkan gak ngasih solusi tapi kayanya udah plong gitu aja dibandingkan hanya dipendam. Sebenarnya dalam diri kita itu sudah ada solusinya, sudah tahu apa-apa yang harus dilakukan hanya saja kita butuh diyakinkan.
Menulis juga bisa menjadi media yang menarik untuk "curhat" bahkan mungkin bisa menjadi karya. Atau media-media lain dengan versi curhat yang berbeda. Misalkan lagu dan vidio. Sah-sah saja, hanya saja filter -lah apa yang kira-kira bisa bermanfaat dan tidak. Kalau bisa, dekatlah dengan rumah yaitu anggota keluarga. Just tell what you feel to them, they always open to hear you. Atau pilihlah teman kepercayaanmu ketika bingung pengen ngomong ke siapa.
But, the best all is, Just tell to Allah.
Allah yang akan membimbing kita.......^.^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar