Jika kita membahas tentang pertanian, pasti yang terbayang di benak kita
adalah pertanian dengan daratan yang luas, cahaya matahari yang berlimpah dan membutuhkan
air yang banyak.
Tiba-tiba bayangan itu buyar seketika, ketika yang kita bicarakan adalah
“masa depan”. Ada apa dengan “Masa
depan”? Mengapa manusia saat ini sangat tertarik dengan “ Masa depan”?
Source :www.mic.com
Sekarang karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia
seakan bisa mengintip “Masa depan”. Pada tahun 2050, diperkirakan dunia akan mengalami krisis pangan dan
kekurangan lahan. Menurut Dr.Fred Davies,
yaitu seorang penasihat senior dalam hal ilmu pengetahuan ketahanan pangan
mengatakan bahwa:
“Cutting
edge technology in agriculture can help feed everyone on the planet.
Grown Locally.Plant Friendly”
Tentu saja ini sangat mengkhawatirkan, dikarenakan perpindahan penduduk
desa ke daerah perkotaan sehingga
diperkirakan 80% penduduk bumi akan berada di pusat-pusat kota. Padatnya
penduduk bumi dari 6,8 milyar jiwa menjadi 9 milyar jiwa mengakibatkan
meningkatnya kebutuhan pangan. Kebutuhan akan pangan ini yang memicu para
pakar, untuk mencari solusi terbaik. Tidak hanya cukup terpenuhinya kebutuhan
pangan tapi juga harus memperhatikan dampak lingkungan yang ditimbulkan. Inilah
yang membuat cara bertani semakin berubah.
Source: screencapture dari https://www.youtube.com/watch?v=ILzWmw53Wwo
Berubahnya cara bertani dari horizontal
farming ke Vertical farming sudah
menjadi world issues yang menjadi perhatian
penduduk bumi di setiap negara. Tanpa terkecuali, negeri Belanda yang
merupakan eksportir terbesar ke dua setelah Amerika dalam bidang pertanian dan
produk makanan. Selain itu, menjadi
salah satu dari 3 negara produsen
sayuran dan buah yang terkemuka di dunia. Dua negara lainnya yaitu Prancis dan
Amerika.
Walaupun negeri Belanda daerahnya tak seluas negara kita. Tapi negeri ini mampu mengoptimalkan setiap wilayahnya dengan baik bahkan menjadi produsen makanan dan hasil pertanian. Sehingga, wajar jika sektor pertanian menyumbang 52,5 milyar euro pada penambahan nilai GDP Belanda. Salah satu perusahaan high tech yang akan membangun konsep indoor farming ini yaitu PlantLab.
Source: screencapture dari https://www.youtube.com/watch?v=ILzWmw53Wwo
PlantLab, salah satu perusahaan pertanian Belanda, dengan
jargonnya :
“Cutting
edge technology in agriculture can help feed everyone on the planet.
Grown Locally.Plant Friendly”
Dengan jargon
tersebut terlihat PlantLab berusaha
menggunakan teknologi tapi juga yang ramah lingkungan. Dan ini direalisasikan dengan
akan dibangunnya “Unit produksi tumbuhan” ruang untuk pertumbuhan tanaman dan
sayuran. Beberapa keuntungan dari pertanian dengan cara modern ini yaitu :
Tanpa cahaya matahari : Tanaman merupakan makhluk yang bergantung
pada sinar matahari, kebutuhan tanaman akan cahaya matahari yaitu untuk proses
fotosintetis. Lhahh, ko ini bisa tanpa cahaya matahari? Ternyata persepsi kita
selama ini kurang tepat. Karena sebenarnya tanaman tidak suka cahaya matahari. Cahaya
matahari ada beberapa tipe warna, dan yang hanya dibutuhkan tanaman hanya tipe cahaya
warna merah dan biru. Sedangkan ada salah satu tipe cahaya yang malah akan
menghambat pertumbuhan tanaman jika
tanaman di bawah sinar matahari. Maka dari itu PlantLab hanya memberikan apa yang tanaman butuhkan. Sehingga dapat
meningkatkan pertumbuhan tanaman secara cepat dan efisien, hal ini disebut dengan Plant Paradise. Cahaya yang digunakan disini
yaitu lampu LED merah dan biru. Dan ternyata keefesienan fotosintetis dengan
cahaya ini bisa mencapai 12 % atau 15 % dibandingkan di outdoor yang hanya 9%.
Source: screencapture dari https://www.youtube.com/watch?v=ILzWmw53Wwo
Hemat air : Seperti yang dijelaskan diatas, keefesienan
pertumbuhan tanaman juga akan menghemat energi tanaman. Dengan menggunakan
lampu LED merah dan biru tersebut PlantLab
dapat me recycle penguapan air yang
mana dapat menghemat air hingga 10% dibandingkan dengan cara tradisional.Dan
ini sangat menguntungkan beberapa tempat yang kekurangan air seperti Cina,
Afrika dan Amerika Serikat. Seperti di California yang merupakan produsen
produk pertanian terbesar di Amerika Serikat, saat ini membatasi pemesanan air
hingga 25% dari 400 agensi persediaan air.
Tidak membutuhkan lahan yang luas : karena pertumbuhan populasi yang meningkat,
otomatis hal ini juga akan meningkatnya kebutuhan lahan baru. Pada tahun 2050 diprediksi 2,5 triliun
hektar lahan baru akan dibuka di seluruh dunia, yang luasnya akan sama dengan
20 % dari luas negara Brazil ( FAO :2010 ). Dan hal inilah yang memicu untuk
beralih ke pertanian vertical farming yang
ternyata jika dibandingkan dengan pertanian
tradisional yaitu horizontal farming
dampaknya kurang efektif, efesien dan memicu pemanasan global. Lah ko bisa?
Karena pertanian secara tradisional ini, selain membutuhkan lahan yang luas
sehingga hutan-hutan yang seharusnya untuk mengurangi pemanasan global, malah
menjadi ladang pertanian. Disamping itu, transportasi jauhnya jarak ladang
pertanian hingga sampai akhirnya dikonsumsi masyarakat, khususnya masyarakat
perkotaan menyumbangkan CO2 yang akan memicu pemanasan global dan meningkatnya
harga produk makanan.
Source: screencapture dari https://www.youtube.com/watch?v=ILzWmw53Wwo
Tidak tergantung tempat maupun musim dan iklim: Dengan konsep indoor farming, selain dikhususkan untuk skala pertanian yang lebih
besar yaitu contohnya pertanian di gedung pencakar langit. Ternyata konsep ini
juga bisa diterapkan di berbagai ruangan yang terbatas. Misalnya kita bisa
bertani di dapur sendiri, seperti contoh gambar di atas. Cahaya seperti warna
ungu itu merupakan cahaya pengganti sinar matahari agar kebutuhan tanaman tetap
terpenuhi. Tidak hanya bisa ditempatkan di dapur, tapi juga bisa di dalam restaurant
maupun supermarket. karena tanaman berada di dalam ruangan, maka tidak
terganggu oleh musim dan iklim. Bisa bertahan di berbagai musim, sehingga bisa
di kontrol kebutuhan tanaman seperti, cahayanya, kelembabannya dan air yang
dibutuhkan. Selain itu keuntungan yang lainnya yaitu tanpa pestisida yang dapat membahayakan jika dikonsumsi.
Di zaman yang semakin canggih ini, teknologi memang sangat membantu
manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan teknologi, yang tadinya tidak mungkin bisa
menjadi mungkin. Dengan inovasi cara bertani di gedung pencakar langit ini
selain pendapatan bisa meningkat, ramah lingkungan dan juga rasanya pasti enak,
sehat dan bergizi juga bisa bertani di mana saja, hebat bukan?
Referensi :
- http://mic.com/articles/114516/thanks-to-these-dutch-engineers-we-may-soon-be-getting-our food-from-skyscrapers
- http://www.plantlab.nl/
- http://www.abovetopsecret.com/forum/thread740268/pg1
- http://www.hollandtrade.com/sector-information/agriculture-and-food/
- http://inhabitat.com/skyscrapper-farming/
- http://www.sciencedaily.com/releases/2014/04/140417124704.htm
- http://ternakloka.com/2015/03/05/sky-farming-usulan-model-pertanian-vertical-farming-gedung- pencakar-langit-di-kawasan-metropolitan-jakarta/
- http://www.godsdirectcontact.or.id/news/news189/gd_37.htm
- http://www.youtube.com/watch?v=ILzWmw53Wwo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar