sumber gambar : www.bagindaery.blogspot.com |
Istilah neotransmitter pasti
sangatlah tidak asing, bagi penyuka mata pelajaran biologi atau yang pernah
belajar tentang hal ini di SMA. Neotransmitter itu pembawa pesan antar neuron. itu kan diantara neuron yah, yang pasti kalau ga ada neotransmitter pasti akan menyebabkan hal yang fatal di tubuh kita. Nah bagaimana si Neotransmitter ini di dalam suatu hubungan antar manusia?
Dalam suatu hubungan entah itu
orang tua dengan anak, kakak dan adik, suami dan istri, kita dan sahabat, kita
dan orang lain / masyarakat. Menurut saya harus ada yang namanya neotransmitter atau si pembawa pesan ini.
Pernah tidak kita melihat,
hubungan antara anak dan orang tua tidak harmonis? Atau antar pasangan yang
salah paham dan mempertahankan ego masing-masing. Dan hubungan-hubungan antar
manusia, yang memang begitu kompleks.
Kita pasti akan gagal paham jika
kita sendiri tidak mencoba menyelami peran-peran itu. Kenyataannya memang kita
harus terus belajar peran dari semenjak kita lahir hingga dewasa. Terus
bagaimana bisa ketika peran-peran itu kita perankan. Ternyata kita masih belum
bisa menjadi pemeran yang baik?
Ketika seseorang tahu bahwa
dirinya dihargai dan disayangi. Maka yang terjadi adalah kesadaran dan
pengertian yang baik untuk menghargai dirinya dan orang lain. Kenyataannya
symbol-simbol kasih sayang itu tidak melulu berupa sentuhan lembut, atau
kata-kata yang membuat kita senang. Tapi bisa berupa pukulan untuk menegur
ketika kita khilaf, kata-kata yang tegas untuk membangunkan kesadaran yang
mungkin masih sedang tertidur misalnya. Hanya saja, kadarnya memang harus
tertakar. Sehingga pas apa yang ingin dimaksudkan. Disinilah perlu pemahaman dan
usaha lebih.
Ketika orang yang dihadapan kita
sedang menjadi air panas, apakah kita bisa menjadi air dingin sehingga ketika
dihadapkan dan disatukan akan menjadi hangat. Bukan tambah dingin atau panas.
Bentuk-bentuk pengertian itu ternyata tidak hanya bisa tertempa oleh waktu dan
ilmu. Pendidikan tinggi belum tentu paham, waktu yang bertahun-tahun pun tidak
bisa menjamin.
Banyak pesan-pesan yang tidak tersampaikan maka akan menjadi pengertian yang berbeda orang yang menangkapnya. Tapi ketika pesan itu tersampaikan, bukankah akan menambah pengertian itu. Kadang secara tidak sadar kita sendiri masih sering melewatkan pesan-pesan tersembunyi tersebut.
Misalkan si A adalah berperan sebagai seorang anak dan B adalah berperan sebagai ayah. Si B memberitahu si A bahwa apa yang dia mau tidak bisa diberikan. Si A, marah dan sebal terhadap ayahnya. Nah ada si C yaitu ibunya. Ibunya menasehati ini loh maksudnya ayah tuh, begini-begini. Ketika dikasih pengertian seperti itu, si A akan paham, paling tidak diingatkan kalau ternyata maksudnya adalah demi kebaikannya. Nah si C ini berperan sebagai Neotransmitter itu . Rasa-rasanya jikalau diterjemahkan tersendiri bisa saja mengerti sendiri dan tidak, ada dua kemungkinan itu. Tapi ketika ada seseorang yang menyampaikan pesan tersembunyi tersebut, bukankah yang rumit itu bisa menjadi sederhana.
Di sekeliling kita mungkin banyak orang-orang yang berperan sebagai neotransmitter ini sehingga pemahaman kita tentang perilaku dan bentuk-bentuk komunikasi itu ternyata tidak menyempit dan terkadang butuh diingatkan.
Semakin kesini saya semakin
paham, lebih tepatnya belajar paham. Bagaimana orang tua , kaka dan adik punya komunikasinya masing-masing untuk
menerjemahkan kasih sayang itu. Tinggal bagaimana kita mencoba menangkapnya
dengan baik, pesan-pesan tersembunyi tersebut.
Kenyataannya kita hidup bukan untuk diri kita sendiri, tapi mereka;
orang-orang yang mencintai kita dengan tulus. Seburuk dan sebaik apapun kita,
mereka yang memeluk dan menggapai kita pertama kali.
They love you, Always love you
Gantian kita sekarang seharusnya
menjadi pendengar yang baik
Mengusap punggungnya, menyentuh
kepalanya
Tersenyum bahagia , menyemangati,
mengingatkan, memperhatikan
Sesuatu hal yang mungkin sepele
tapi sebenarnya sangat berarti……..
lope-lope banyak untuk orang-orang yang senantiasa mencintai kita ^.^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar