Minggu kemarin, baru pertama kali
itu saya ikut bedah buku “Puisi”. Judulnya menarik “Seperti bukan Cinta”.
Ketika kita membedah sesuatu, pada akhirnya kita belajar juga tentang “sesuatu”
tersebut. Setelah saya ingat-ingat, sepertinya saya belum pernah beli buku
puisi. Baca buku “puisi”pun mungkin sangat jarang.
Tapi ada yang kita lupa bahwa,
syair yang di lagu-lagu juga bukankah bentuk puisi? Coret-coretan kita yang
nge-galau juga bukannya kita sedang “berpuisi”. Setuju enggak, kalau puisi itu
walaupun entah hanya sebait tapi bikin termenung cukup
lama? Termenung, saking ngerasa indah banget kata-katanya, atau ada suatu makna
yang tiba-tiba sampai ke kita. Atau malah justru kita sedang mencari-cari makna
tersebut.
Menurut kang Wahyu, pembedah hari
itu mengatakan bahwa justru itulah yang membedakan puisi dan tulisan lainnya.
Puisi terkadang sulit dipahami tidak seperti tulisan-tulisan lainnya. Katanya
kalau mau puisi kita unik mulailah membuat puisi “selain puisi tentang cinta”.
Beliau mengutip kata siapa gitu, lupa saya. Tentu saja, beliau dan bahkan kami
sangat terheran-heran dengan anjuran tersebut. Soalnya, rata-rata orang memulai
menulis puisi, justru dari curhatan tentang “cinta”. Tiba-tiba jadi penyair
yang mendayu-dayu, mengharu biru dan apalah ya itu istilah untuk orang-orang
yang lagi dimabuk cinta. Nah makannya, coba deh yang "selain itu", bisa dari benda atau hal-hal lain di lingkungan kita.
Selain bertanya tentang pemahaman
puisi, saya juga bertanya tentang
harmonisasi bunyi di puisi berbahasa inggris. Ini gara-gara saya sering baca puisinya “Lang Leav”. Jadi keranjingan tulisannya dan agak kurang paham juga sih, Lang Leav ini penulis khusus buku puisi apa bukan yah. Awalnya
saya baca di tumblr, kaya ilustrasi gitu,
terus ada tulisan a poem by Lang Leav. Eh, terusnya tiba-tiba di twitter, ada yang
nge-retweet akunnya. Ternyata seru pas baca-baca.
Menurut pak Arif, penulis buku “seperti
bukan cinta” mengatakan , justru puisi berbahasa inggris itu yang malah banyak
yang mengedepankan harmonisasi bunyi. Beliau mencontohkan lagunya Justin Bieber.
Hari itu cerita-cerita bagaimana suasana pas lahirnya puisi itu di beberapa part bukunya. Menurut beliau, sangat sederhana sebenarnya.
Dulu mungkin kita belajar puisi hanya karena sebagai mata pelajaran Bahasa Indonesia. Tapi menyenangkan yah, ketika kita menuangkan perasaan atau pikiran kita dalam bentuk puisi. Walaupun agak sedikit "Lebay" mungkin, hehehe......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar