Waktu itu saya dan temen saya sedang mencari buku, berhubung baru inget
kalau buku diary udah abis di rumah. Jadilah sekalian beli buku diary dan post
it. Temen tiba-tiba komentar
“Masih nulis diary, nis”
Saya jawab “masih” walaupun mungkin enggak nulis di diary sesering jaman
sekolah dulu. Saya memilih-milih nyari yang simple aja. Dan ternyata di diary
lama memang enggak banyak yang saya tulis, karena lama juga enggak penuh-penuh,
hehe.
Entah kenapa, menulis itu udah kaya kebutuhan. Entah hanya mengeluarkan
unek-unek, menyimpan ide, menyimpan informasi, mencatat hal-hal yang mungkin
menarik. Setelah dipikir-pikir saya rasa, kalau tidak mencatatnya dan hanya
mengandalkan memori di kepala rasa-rasanya lebih banyak yang menguap.
Karena sadar , memori ini terbatas dan gampang lupa. Saya berharap saya
bisa mencatat hal-hal apa saja yang ingin saya catat . Sehingga ketika saya
membaca ulang, saya bisa mengingat kenangan-kenangan tersebut. Kadang jadi bisa
ngehibur diri sendiri dan menjadi nasehat diri.
Dan hal yang paling saya sadari mungkin saat-saat ini yaitu jarang membuat
cerita setelah melakukan perjalanan. Ini efeknya, jadi lupa setelahnya. Mulai
dari rute jalan dan hal-hal detail lainnya. Padahal ini penting banget. Atau mungkin cukup mencatat hal-hal pentingnya
saja. Pantas saja penulis biasanya pasti selalu rajin mencatat.
Malahan ada juga yah yang rajin ngedecor buku diary nya. Mulai dari gambar,
tempelan-tempelan, doodle dll.
Atau kita bisa juga bikin lebih unik dengan buku diary bikinan sendiri.
Dulu waktu SMP, saya suka ngumpulin kertas bergambar dan berwarna terus cover
nya saya bikin dari kain setrimin yang udah disulam.
Jadi ,Sudah berapa lama kita tak bercengkrama dengan kertas-kertas yang
masih kosong itu ?
--Chaiyyo(^.^)--