Daftar Blog Saya

Kamis, 21 Juli 2016

Ada apa dengan bangsa ini?

Bangsa kita ini sangat kaya, hanya saja entah mengapa kekayaan kita justru yang mengurus adalah pihak-pihak asing. Kurang kreatif kah kita?

Ternyata kita itu kreatif banget loh. Contohnya saja dengan keterbatasan yang kita punya ternyata banyak yang bisa membuat produk-produk yang justru tak pernah terpikirkan, yang mungkin kalau di luaran sana udah ada jadi sampah. Di kita? bisa di recycle ulang jadi produk yang baru. Gimana ga keren tuh?

Setiap orang itu pasti punya, kekreatifan itu. Hanya saja mau tidak mengembangkan dan mengusahakannya? Entah apa mungkin kurangnya orang-orang berpendidikan kah? sehingga SDM nya kurang bisa mengelola SDA yang ada? Sepertinya bukan deh. Sarjana-sarjana ngelambak loh di kita itu. Mungkin mentalitasnya yang musti dipupuk. Dan bagaimana jadinya jika kekretifan itu digunakan tidak pada tempatnya, yang harusnya untuk hal-hal positif tapi justru ke hal-hal negatif. 

Let we see, akhir-akhir ini banyak sekali pemberitaan tentang "pemalsuan". Miris, ngeri, gelo mungkin yah. Gimana gak ngeri, bahan-bahan pokok dipalsuin, yang malsuin bukan orang luaran, tapi orang-orang kita pula. 

Tentu kita pernah liat di berita, tentang "beras plastik". Bayangin aja plastik itu bahan yang sulit untuk didaur ulang. Apalagi kalau ada di pencernaan kita. Gak kebayang jadi apaan. Produk-produk makanan tiba-tiba banyak yang tidak terjamin. Media terus menerus memberitakan tentang pemalsuan-pemalsuan ini itu. Tujuannya sih, jelas untuk memberitahu masyarakat agar waspada. Bukannya berhenti, malahan nambah banyak jenisnya. Semacam, jadi inspirasi buat orang-orang yang nonton. Tapi inspirasi yang jelek. Seperti ada kasus pembegalan yang terus menerus diberitakan, malahan menyebar ke seluruh Indonesia. It's like a virus to infect our society.
Dan yang lebih mengerikan adalah sampai "vaksin" pun dipalsukan. Generasi penerus kita mau jadi kayak mana? we know lah yak, vaksin itu untuk imunitas. Kalau imunitasnya ga ada, penyakit gampang hinggap.Apa kabar sama dede bayi-dede bayi itu yang bakalan menggantikan kita?
Akhirnya konsumen jadi pada ngeri, gara-gara itu dan banyak yang enggan bayi-bayinya untuk diimunisasi. Padahal gak bisa diulang loh momennya . Sebenarnya saya gak terlalu merhatiin berita-berita sih, cuman karena ada beberapa orang yang nanya masalah ini. Jadinya saya penasaran emang apa kandungan yang palsu ini yah? kebetulan banget pas beritanya, tentang kandungan vaksin yang palsu itu. Ternyata vaksinnya cuma satu jenis itupun dosisnya rendah jadi kurang efektif. Padahal harusnya vaksinnya gak cuma satu jenis.

Jadi inget, guyonan di meme-meme itu loh, toplesnya sih khong guan, eh isinya rengginang

Jadi "Ada apa dengan bangsa ini?"
Ketika saudara sendiri justru dirusak. Ketika kekreatifan bukan untuk hal-hal yang bermanfaat.
Banyak yang menggunakan jalan pintas untuk pemenuhan kebutuhan pribadi.

Semoga tidak muncul lagi hal-hal aneh yang menggila secara negatif tapi menggila dan kreatif secara positif.

Sabtu, 16 Juli 2016

Gimana caranya suka sayur?

sumber gambar : www.pedulisehat.info
Apa yang kita makan saat ini adalah tabungan untuk kesehatan tubuh kita untuk masa sekarang dan nanti. 

Apakah yang menyebabkan kita tidak suka sayuran? mungkinkah karena tidak menarik dan kurang enak?
Padahal kalau dari segi manfaat, banyak sekali manfaat yang bisa kita ambil dari sayur. Tapi entah mengapa, terkadang kita tidak peduli tentang hal itu. Asal kenyang, gak masalah makanan apapun yang penting enak dilidah. Apalagi kita lebih suka membeli makan makanan di luar yang cepat dan praktis. Padahal dari segi gizi kurang proporsional. Entah itu karbohidrat dan lemak semua, minuman berkalori yang tinggi dan kurangnya sayur-sayuran.

Saya sendiri termasuk penyuka sayur, yang bahkan saya makan kayak cemilan. Bisa memakannya hingga satu mangkok sayuran.

Apa aja yah kira-kira yang bisa membuat kita, bisa suka sayur? 


Kebiasaan
Menurut saya, tingkat kesukaan kita terhadap sesuatu bisa jadi karena pembiasaan dari rumah. Misalnya anak kecil yang tidak suka sayur, mungkin karena menu makanan rumah yang jarang menyajikan sayur serta penyajian dari makanan itu sendiri yang kurang menarik. Bahkan untuk memasak sayur pun bukan hal gampang. Bisa saja menyajikan sayur, tapi apakah sudah tepat cara memasaknya? karena hal ini juga penting. Dari tingkat kesegarannya dan kematangan ketika dimasak akan mempengaruhi hasilnya. Jadi tidak asal enak, karena kebanyakan seperti itu, terkadang over cook jadinya manfaatnya malah hilang.

Selain itu, kebanyakan dari kita terkadang masih suka menambahkan MSG alias mecin biar enak katanya. Padahal bisa hanya dengan menambahkan tomat, garam, dan gula. Dan bisa juga bikin kaldu sendiri. Kadang kita mencari pembenaran sendiri. "Enggak ko, cuma dikit aja".  Padahal tuh yah, lama-lama akan menumpuk juga di tubuh kita. Belum lagi asupan jajanan dari luar yang tidak terasa kita makan. Seperti mie instan, baso dan lain-lain yang biasanya tidak bisa kita jamin seberapa banyak mecin yang ada dalam makanan tersebut. Karena kan, namanya juga jualan pastinya pengen laku. Jangan sampai ditambah lagi di rumah juga membenarkan hal ini.

Motivasi dan pengetahuan
Selain dari pembiasaan juga menurut saya yang mempengaruhi seseorang tidak menyukai sayuran juga bisa jadi kurang adanya motivasi dari dalam diri. Kurangnya motivasi juga bisa dikarenakan karena kurangnya pengetahuan sehingga dorongan untuk melakukan sesuatu yang benar menjadi tidak bersemangat.
Ketika suatu masalah terjadi, misalnya ada anjing yang mengejar  dan ternyata di depan kita jalan buntu. Satu-satunya cara adalah hanya dengan melompati pagar itu. Dan amazing, ternyata kita bisa. Itu adalah keadaan kepepet yang mau tidak mau kita dipaksa untuk memilih pilihan tersebut.
Banyak juga loh, motivasi gara-gara kepepet ini. Misalkan saja seseorang yang sedang diet menurunkan berat badan atau dikarenakan sakit tertentu yang mengharuskannya untuk banyak mengkonsumsi sayur dan buah.
Jadi ketika kita termotivasi karena ingin sehat dan melihat manfaatnya saja, biasanya rasa itu nomer dua. Karena lama-lama terbiasa. Malahan jadinya kerasanya enak aja padahalmah kata orang yang gak suka mah, asrep alias hambar.

Penyajian dan Rasa
Walaupun katanya, yang penting rasa dari pada bentuk dan penyajiannya. Kayanya kita juga gak bisa bohong sama diri sendiri deh. Kalau apa yang kita "lihat" itu juga membuat menarik minat kita. Apalagi kalau ternyata rasanya juga enak.

Misalkan saja nih. bentuk sayur yang terlalu matang itu, kelihatannya juga tidak berwarna segar, kadang terlihat lebih coklat dan rasa pun terlalu empuk. Nah kalau bentuk potongannya sesuai, warnanya segar, dan rasa yang pas. Mungkin bisa menjadi salah satu hal yang membuat kita ngiler terus ga nahan makan sayuran.

Lingkungan 
Ketika hal positif dilakukan secara berjamaah. Salah satunya kebiasaan memakan sayur di rumah, biasanya akan menular ke anggota keluarga yang lain. Jika lingkungannya mendukung, tentu saja kita juga akan ikut nyemplung ke kebiasaan tersebut.

Yuk, jatuh cinta sama sayur ^.^





.

Kamis, 14 Juli 2016

Dunia anak-anak dan mainan



sumber gambar: www.was-was.com


Anak-anak itu peka sekali, peka penglihatan, pendengaran, pengecapan dan perasaannya.  Mereka mudah meniru apa yang lingkungan terdekatnya berikan, entah itu baik ataupun buruk. Terutama apa yang menjadi kebiasaan di rumah dan orang tua mereka ajarkan. Mereka juga punya begitu banyak pertanyaan, yang sering mereka lontarkan kepada orang-orang dewasa di sekitarnya. Kadang membuat geli, merenung, atau takjub dengan pertanyaan-pertanyaan mereka yang entah darimana. Mereka seperti sponge yang menyerap air yang bersih atau kotor tergantung apa yang ada disekelilingnya. 

Menurut saya menghadapi mereka itu harus punya amunisi. Amunisinya itu adalah ilmu. Tanpa ilmu kita bakalan nyasar dan bisa-bisa salah kaprah. Sedangkan kalau kita sampai ngasal dan salah kaprah. Apa jadinya coba? Anak itu kan bukan coba-coba, kata salah satu iklan yang ngehits banget kala itu.

Dan setiap anak itu, beda-beda. Mereka punya dunia alam pikirannya sendiri-sendiri. Menjadi orang tua tidak serta merta punya hak penuh atas kehidupannya. 

Akhir-akhir ini, jikalau saya melihat dede-dede bayi dan anak kecil. Tingkat kegemasan saya terhadap mereka jadi meningkat. Maklumlah, teman-teman sebaya sudah pada punya buntut. Oalah hahahaha, kalau lagi ngumpul sama temen rasanya pengen saya culik ke rumah itu dede-dede bayi yang lagi lucu-lucunya. *Abaikan kegemasan saya 

Waktu kita kecil, apa yang paling kita ingat? Memori apa yang paling membekas? Mainan dan permainan bukan sih?

Suatu ketika saya membaca koran tentang seseorang yang menyelundupkan mainan  dari Finlandia tempat tinggalnya ke Suriah. Orang ini lahir di Suriah, dan sering membawa bantuan berupa makanan ke Suriah. Awalnya bukan sengaja membawa mainan-mainan itu, tapi anaknya lah yang memintanya untuk membagikan mainan-mainannya untuk anak-anak di Suriah. Karena bujukan anaknya lah, orang ini membawa mainan yang ternyata numayan banyak itu. Ketika sesampainya di Suriah, bukan makanan yang diserbu. Tapi mainanlah yang menjadi serbuan anak-anak. Hingga orang ini terus membawa mainan seberat 8 kg tiap 2 bulan sekali, dan anak-anak akan mengantri dengan tertib. Sehingga tentu saja orang ini selalu dinantikan oleh mereka. 

Mainan membuat siswa merasakan seperti ada orang yang peduli. Anak saya mengingat mainannya lebih dari apapun di sekolah (kata salah seorang warga yang mendapatkan mainan anaknya dari orang ini)

Mereka, anak-anak di Suriah itu di tengah berbagai macam ketakutan, kelaparan dan himpitan kesusahan tetaplah seorang anak-anak yang butuh akan imajinasi dan dunia bermain. 

Saya sendiri masih ingat dulu jaman SD, Dibeliin mainan lego, ngerakit-rakit dengan tumpukan kotak-kotak yang warna-warni rasanya seru sekali. Mobil-mobilan kecil yang bisa melesat kalau ditarik mundur dan mobil pakai remot yang bisa menyala-nyala , boneka susan yang bisa ngomong sendiri. Saya mengingatnya dengan sangat baik, tapi saya tidak tahu dimana mainan itu sekarang yah. Paling tidak walaupun sekarang entah dimana barangnya, tapi kenangannya masih ada sampai sekarang. 

Mainan itu seperti hidup dan menjadi teman ketika kita masih kanak-kanak. Coba bayangkan saja ketika kita melihat anak kecil yang sedang mengobrol dengan bonekanya sendirian. Kita pasti akan tersenyum melihatnya. Mereka sedang belajar komunikasi dengan cara mereka sendiri. Bisa dibayangkan jikalau anak-anak tanpa mainan, apakah dunianya tidak kosong? Ada sesuatu yang ingin mereka isi, yaitu imajinasi.

Anak-anak itu magic, dengan tingkah polahnya yang biasa menurutnya. Bisa membuat orang-orang dewasa disekelilingnya bahagia tertawa.

Lebaran kemarin, saya diajakin ke pulau seribu dengan teman-teman. Cuman yak, mepet sekali pas hari lebaran kedua. Padahal saya pengen sekali snorkeling, dan menikmati indahnya laut disana. Berhaha hihi dengan teman-teman. Akhirnya saya urungkan niat saya. Kayanya waktunya kurang pas. 

Dan tiba-tiba saja saya ingin mengajak ponakan-ponakan main dan akhirnya kita main ke mall dan main Timezone sepuasnya. Adik saya dan saya sih jadi pengawal aja nemenin mereka. Terus, saya ditarik ke toko buku. Beli beberapa buku dan mulai membacakannya di rumah. 

Ketika kita melihat mereka bahagia, justru diri inilah yang paling bahagia. Ada sesuatu yang menelusup dalam jiwa. 

Walaupun jalan-jalannya Cuma ke mall terdekat
Walaupun jalan-jalannya Cuma ke toko buku
Walaupun jalan-jalannya Cuma lewat buku cerita

Tapi ada two different thing yang saya dapat, ketika kita jalan-jalan ke suatu tempat untuk diri sendiri itu membuat bahagia. Karena pada intinya ada kekopongan yang ingin kita isi. Tapi setelahnya mungkin kita akan lebih haus lagi. Bolong, kita isi lagi dan seterusnya. 

Beda lagi jalan-jalannya membersamai orang-orang yang kita cintai, selain kekopongan kita bisa terisi. Ternyata tanpa sadar kita juga sedang mengisi jiwa-jiwa yang kopong disekeliling kita. Lantas kebahagiaan seperti apa lagi, ketika kebahagiaan itu justru berlipat-lipat dengan mereka.
Mengukir memori-memori mereka, menghidupkan dunia imajinasi mereka. 

Pulang-pulangnya saya diciumin ponakan. Nah loh. Terima kasih loh aunty nya ini. Nanti kita main lagi yak.