Daftar Blog Saya

Senin, 27 April 2015

DECOS, Kantor Tanpa Kertas dengan Minute App



Source : www.dezeen.com

Pernah memasak sayur sendiri? Bagaimana rasanya jika sayurnya tanpa garam? Pasti rasanya hambar, atau kemanisan yang malah seperti “kolak”. 

Seperti yang dilakukan oleh orang-orang Belanda ini. Menghilangkan salah satu komponen utama yang harus ada di setiap kantor yaitu”kertas”. Tidak lazim memang, tapi mereka melakukannya. Terus bagaimana dengan aktifitas kantor yang tanpa kertas? Pasti gak kebayang? Karena kertas sudah menjadi bagian dari hidup kita. Kegiatan menulis butuh kertas, surat menyurat, dokumen-dokumen penting dan kartu bisnis. Jika semuanya harus digantikan dengan digital, seperti sayur kurang garam, rasanya akan aneh karena belum terbiasa dengan paradigma baru ini. Seperti apa yang dikatakan oleh Marcia Van Kampen:

         “ It started out as a joke but we think the whole world will go digital”

Iya , awalnya mungkin hanya seperti sebuah gurauan. Tapi kenyataannya, kita sedang berada di dunia digital. Dimana teknologi sudah sangat dekat dengan kehidupan kita. Barang digital pun saat ini bukan “barang mewah” lagi. Karena hampir semua lapisan masyarakat bisa memilikinya. Misalnya saja hanphone, komputer, gadget-gadget canggih, televisi dan lain-lain yang seakan menjamur dan mudah kita temukan sehari-hari. Apalagi dengan adanya internet di dalamnya. Dunia seperti tanpa batas. Perusahaan Belanda yang menerapkan serba digital tanpa kertas ini yaitu Decos, yang terletak di Noordwijk.



Decos memang seperti kantor masa depan. Dimana mungkin saja penggunaan kertas ini juga merupakan cara lama yang harus ditinggalkan. Bukan tanpa alasan, karena kita tahu bahwa kertas merupakan berasal dari pohon-pohon yang berada di hutan. Dengan semakin banyaknya kebutuhan manusia akan kertas, maka hutan-hutan akan semakin berkurang. Dan ini tentunya akan berdampak pada lingkungan dan meningkatnya pemanasan global.

Decos berkomitmen untuk menjaga lingkungan dengan meniadakan kertas bahkan tisu toilet. Dengan melakukan ini berarti dapat menurunkan penebangan 27.000 pohon setiap harinya yang biasanya untuk memenuhi kebutuhan tisu toilet di seluruh dunia dan menyelamatkan 16 pohon per tahun.

Jika di negara kita, toilet hanya membutuhkan air untuk membersihkan ” pipis” maupun “pup “. Justru orang-orang bule memakai tisu . Lain memang, kebudayaan Barat dan Timur ini. Dan justru di Decos ini yang memang semenjak awal sudah berkomitmmen untuk tidak menggunakan kertas. Sepertinya dengan kertas menjadi musuh bebuyutan. Sampai-sampai usaha yang dilakukan untuk tidak menggunakan kertas  mencapai 99% dan ternyata 1% yang belum adalah tisu di toilet. Sampai segitunya yah, mereka berkomitmen.

Hingga akhirnya tisu toilet pun diganti dengan Gerberit Aqua Clean Toilets . yaitu “shower toilet” dengan penyemprot air yang hangat lengkap dengan alat pengeringnya.


Source : www.dezeen.com

Arsitektur Decos sendiri sangat menarik, bangunan ini terinspirasi dari struktur bangunan Star Wars. Terlihat dari gambar bangunannya sendiri seperti meteor yang mendarat dari luar angkasa. Tidak hanya bagian luarnya yang ciamik. Tapi juga ruangan-ruangannya yang minimalis dengan unsur warna putih. Menambah kelengkapan athmospere kantor ini. Selain itu kantor ini juga tidak ada sekat diantara karyawan yang satu dengan yang lainnya.



Source : www.dezeen.com

Yang lebih hebatnya lagi, bangunan ini juga menggunakan energi ramah lingkungan. Yaitu dengan menggunakan kekuatan turbin angin dan kendaraan dengan tenaga listrik. 




Source: www.getminute.com

Decos sendiri  siap untuk  pembuatan robot, pengembangan mesin produk pembelajaran, dan tentu saja Minute app yang dapat membantu perusahaan-perusahaan digital lain hingga akhirnya kantor tanpa kertas dapat terwujud.

Roel Noort merupakan penemu Minute app, aplikasi yang di desain untuk membuat pertemuan menjadi lebih efektif dengan memungkinkan tim berkolaborasi, berbagi dokumen, dan mengatur pertemuan mereka di waktu yang nyata dimana pun tempatnya yang penting terhubung dengan internet.

Ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari penggunaan aplikasi ini yaitu :
  • Tanda tangan elektronik : untuk menandatangani kontrak tidak menggunakan cara tradisional lagi yaitu menggunakan pena. Bahkan ada hukuman bagi karyawan yang melanggar, tanpa terkecuali seorang CEO.
  • Dokumen tersimpan di sistem pengelolaan digital.
  • Kartu-kartu bisnis dilarang dan hanya boleh menggunakan cara digital seperti terkoneksinya dengan LnkedIn atau Email.
  • Tidak perlu memprint dokumen. Selain boros kertas dan tinta juga waktu yang tidak efisien.
  • Bersih dari sampah akibat kertas-kertas yang tidak terpakai.

Jika penerapan secara digital ini  kita terapkan. Maka kantor  pun akan lebih bersih dan hijau. Pohon-pohon dapat terselamatkan sehingga lingkungan pun dapat terjaga dengan baik. Kerennya orang Belanda, mereka selalu berinovasi berbasis ramah lingkungan.


Source :www.wallbol.net

Selain quote diatas, ada slogan yang menarik yaitu : “global challange, dutch solution” saya setuju dengan slogan mereka ini. Karena  solusi-solusi inovatif  mereka  ini, dapat mengatasi tantangan-tantangan global. Sehingga kebermanfaatannya akan dirasakan oleh generasi saat ini maupun anak cucu nanti. 



Referensi:
  1.  http://www.dutchdailynews.com/dutch-office-of-the-future-with-a-ban-on-toilet-paper/
  2.  http://www.dutchnews.nl/news/archives/2014/06/from_testing_toilet_paper_to_t/
  3.   http://www.lifehacker.co.uk/2015/02/24/meet-worlds-extreme-paperless-office
  4. http://www.dailymail.co.uk/sciencetech/article-2860696/would-work-office-banned-toilet-paper-Futuristic-firm-runs-paperless-workplace-powered-wind-water.htm
  5. https://www.rnw.org/archive/paperless-office-ris
  6.   http://www.ndtv.com/offbeat/this-paperless-office-runs-on-wind-energy-apps-710597
  7. https://www.getminute.com/about.html
  8.  https://www.youtube.com/watch?v=1UuzpC9pvUA






Minggu, 26 April 2015

PERTANIAN DI GEDUNG PENCAKAR LANGIT, EMANG BISA?



Jika kita membahas tentang pertanian, pasti yang terbayang di benak kita adalah pertanian dengan daratan yang luas,  cahaya matahari yang berlimpah dan membutuhkan air yang banyak.

Tiba-tiba bayangan itu buyar seketika, ketika yang kita bicarakan adalah “masa depan”. Ada apa dengan  “Masa depan”? Mengapa manusia saat ini sangat tertarik dengan “ Masa depan”?

Source :www.mic.com

Sekarang karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia seakan bisa mengintip “Masa depan”. Pada tahun 2050, diperkirakan  dunia akan mengalami krisis pangan dan kekurangan lahan.  Menurut Dr.Fred Davies, yaitu seorang penasihat senior dalam hal ilmu pengetahuan ketahanan pangan mengatakan bahwa:

Cutting edge technology in agriculture can help feed everyone on the planet.

Grown Locally.Plant Friendly”

Tentu saja ini sangat mengkhawatirkan, dikarenakan perpindahan penduduk desa ke daerah perkotaan sehingga diperkirakan 80% penduduk bumi akan berada di pusat-pusat kota. Padatnya penduduk bumi dari 6,8 milyar jiwa menjadi 9 milyar jiwa mengakibatkan meningkatnya kebutuhan pangan. Kebutuhan akan pangan ini yang memicu para pakar, untuk mencari solusi terbaik. Tidak hanya cukup terpenuhinya kebutuhan pangan tapi juga harus memperhatikan dampak lingkungan yang ditimbulkan. Inilah yang membuat cara bertani semakin berubah.

Source: screencapture dari https://www.youtube.com/watch?v=ILzWmw53Wwo

Berubahnya cara bertani dari horizontal farming ke Vertical farming sudah menjadi world issues yang menjadi perhatian penduduk bumi di setiap negara. Tanpa terkecuali, negeri Belanda yang merupakan  eksportir terbesar ke dua setelah Amerika dalam bidang pertanian dan produk makanan. Selain itu, menjadi salah satu dari 3 negara  produsen sayuran dan buah yang terkemuka di dunia. Dua negara lainnya yaitu Prancis dan Amerika.

Walaupun negeri Belanda daerahnya tak seluas negara kita. Tapi negeri ini mampu mengoptimalkan setiap wilayahnya dengan baik bahkan menjadi produsen makanan dan hasil pertanian. Sehingga, wajar jika sektor pertanian menyumbang 52,5 milyar euro pada penambahan nilai GDP Belanda. Salah satu perusahaan high tech yang akan membangun konsep indoor farming ini yaitu PlantLab.

Source: screencapture dari https://www.youtube.com/watch?v=ILzWmw53Wwo

PlantLab, salah satu perusahaan pertanian Belanda, dengan jargonnya :

Cutting edge technology in agriculture can help feed everyone on the planet.
Grown Locally.Plant Friendly”

Dengan jargon tersebut terlihat PlantLab berusaha menggunakan teknologi tapi juga yang ramah lingkungan. Dan ini direalisasikan dengan akan dibangunnya “Unit produksi tumbuhan” ruang untuk pertumbuhan tanaman dan sayuran. Beberapa keuntungan dari pertanian dengan cara modern ini yaitu :

Tanpa cahaya matahari : Tanaman merupakan makhluk yang bergantung pada sinar matahari, kebutuhan tanaman akan cahaya matahari yaitu untuk proses fotosintetis. Lhahh, ko ini bisa tanpa cahaya matahari? Ternyata persepsi kita selama ini kurang tepat. Karena sebenarnya tanaman tidak suka cahaya matahari. Cahaya matahari ada beberapa tipe warna, dan yang hanya dibutuhkan tanaman hanya tipe cahaya warna merah dan biru. Sedangkan ada salah satu tipe cahaya yang malah akan menghambat pertumbuhan tanaman  jika tanaman di bawah sinar matahari. Maka dari itu PlantLab hanya memberikan apa yang tanaman butuhkan. Sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman secara cepat dan efisien, hal ini disebut dengan Plant Paradise. Cahaya yang digunakan disini yaitu lampu LED merah dan biru. Dan ternyata keefesienan fotosintetis dengan cahaya ini bisa mencapai 12 % atau 15 % dibandingkan di outdoor yang hanya 9%.


Source: screencapture dari https://www.youtube.com/watch?v=ILzWmw53Wwo

Hemat air : Seperti yang dijelaskan diatas, keefesienan pertumbuhan tanaman juga akan menghemat energi tanaman. Dengan menggunakan lampu LED merah dan biru tersebut PlantLab dapat me recycle penguapan air yang mana dapat menghemat air hingga 10% dibandingkan dengan cara tradisional.Dan ini sangat menguntungkan beberapa tempat yang kekurangan air seperti Cina, Afrika dan Amerika Serikat. Seperti di California yang merupakan produsen produk pertanian terbesar di Amerika Serikat, saat ini membatasi pemesanan air hingga 25% dari 400 agensi persediaan air.

Tidak membutuhkan lahan yang luas : karena pertumbuhan populasi yang meningkat, otomatis hal ini juga akan meningkatnya kebutuhan lahan baru. Pada tahun 2050 diprediksi 2,5 triliun hektar lahan baru akan dibuka di seluruh dunia, yang luasnya akan sama dengan 20 % dari luas negara Brazil ( FAO :2010 ). Dan hal inilah yang memicu untuk beralih ke pertanian vertical farming yang ternyata jika dibandingkan dengan pertanian tradisional yaitu horizontal farming dampaknya kurang efektif, efesien dan memicu pemanasan global. Lah ko bisa? Karena pertanian secara tradisional ini, selain membutuhkan lahan yang luas sehingga hutan-hutan yang seharusnya untuk mengurangi pemanasan global, malah menjadi ladang pertanian. Disamping itu, transportasi jauhnya jarak ladang pertanian hingga sampai akhirnya dikonsumsi masyarakat, khususnya masyarakat perkotaan menyumbangkan CO2 yang akan memicu pemanasan global dan meningkatnya harga produk makanan.


Source: screencapture dari https://www.youtube.com/watch?v=ILzWmw53Wwo

Tidak tergantung tempat maupun musim dan iklim: Dengan konsep indoor farming, selain dikhususkan untuk skala pertanian yang lebih besar yaitu contohnya pertanian di gedung pencakar langit. Ternyata konsep ini juga bisa diterapkan di berbagai ruangan yang terbatas. Misalnya kita bisa bertani di dapur sendiri, seperti contoh gambar di atas. Cahaya seperti warna ungu itu merupakan cahaya pengganti sinar matahari agar kebutuhan tanaman tetap terpenuhi. Tidak hanya bisa ditempatkan di dapur, tapi juga bisa di dalam restaurant maupun supermarket. karena tanaman berada di dalam ruangan, maka tidak terganggu oleh musim dan iklim. Bisa bertahan di berbagai musim, sehingga bisa di kontrol kebutuhan tanaman seperti, cahayanya, kelembabannya dan air yang dibutuhkan. Selain itu keuntungan yang lainnya yaitu tanpa pestisida yang dapat membahayakan jika dikonsumsi.

Di zaman yang semakin canggih ini, teknologi memang sangat membantu manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan  teknologi, yang tadinya tidak mungkin bisa menjadi mungkin. Dengan inovasi cara bertani di gedung pencakar langit ini selain pendapatan bisa meningkat, ramah lingkungan dan juga rasanya pasti enak, sehat dan bergizi juga bisa bertani di mana saja, hebat bukan?








Rabu, 15 April 2015

DIY Versi Belanda

Punya barang-barang bekas di rumah? Seperti kain-kain lama yang tak terpakai atau barang-barang lainnya yang malah membuat kamar kamu berantakan.

Pusing melihat barang-barang lama kamu? Tapi kamu masih sayang untuk membuangnya. Ingin membeli barang baru tapi lagi hemat atau lagi ada duit tapi budget tidak mumpuni.  Solusinya adalah DIY atau Do It Your Self. DIY ini terdiri dari kata Do it : Act sedangkan Yourself : independency, yang bertujuan untuk mengurangi hidup konsumtif dan mencari tahu hal yang dapat dilakukan sendiri dan mengexplorenya. Istilah ini populer usai perang dunia ke dua dan mempunyai sejarah berbeda di Amerika dan Eropa.

DIY , memang tidak bisa jauh dari dunia seni dan kreatif misalnya saja salah satunya dunia crafter. Dimana mereka sangat suka membuat barang-barang kece dan unik dengan budget sedikit. Barang-barang bekas, atau kita beli bahan-bahannya sendiri pun bisa disulap menjadi barang yang menarik yang tentunya jauh lebih murah daripada barang jadi di pasaran.

Selain itu hasilnya pun  lebih unik karena buatan kamu sendiri, juga bisa kita pakai sendiri atau malah menjadi ladang bisnis yang menghasilkan. Dari yang bermasalah dan bisa menjadi sampah misalnya botol bekas air mineral, ketika kita atasi masalahnya ternyata  kita bisa membuatnya sendiri alias Do It Yourself, hasilnya  bisa dimanfaatkan menjadi benda yang lebih bernilai. Misalnya celengan pinky pig ini.

Prinsip DIY ini merupakan prinsip yang dipakai para creative people. Mereka bukan lebih memikirkan “how to buy it”tapi “how to make it”.Sehingga mereka bisa keluar dari permasalahan mereka sendiri dan bisa menghasilkan karya yang keren karena kemandiriannya. Misalnya saja me-make over barang-barang lama menjadi inovasi barang-barang yang lebih bernilai.




Jika kita kaitkan dengan Belanda, Belanda juga merupakan negara yang mempunyai mentalitas self-service country, berusaha mengatur kebutuhannya sendiri sehingga membuat mereka mandiri. Kemandiriannya inilah yang memunculkan kreatifitas dan inovasi di berbagai bidang.

Masalah tidak membuat mereka berhenti alias mentok  tapi terus melaju melewati masalah tersebut. Kita tentu tahu salah satu icon Belanda adalah sepeda. Yuaps, sepeda seperti sudah menjadi primadona di negeri ini. Memang “Dutch”sebutan bagi orang-orang belanda, sangatlah sederhana dalam kesehariannya contohnya saja kemana-mana kendaraan pribadi mereka adalah sepeda dan tidak memperlihatkan mereka kaya atau miskin. Padahal bisa saja mereka mampu membeli mobil paling keren abad ini.

Di negeri ini setiap orang secara kasat mata tampak pada kelas yang sama, yang membedakan hanya rekening mereka. Sungguh kompaker sekali mereka yah, bukan mementingkan kepuasan pribadi dengan berkendara mobil tapi mementingkan kenyamanan lingkungan dan orang lain dengan bersepada. Sehat iyah, terhindar dari macet iyah, irit juga iyah ditambah udara bersih dari polusi. Manfaatnya memang plus-plus dibandingkan dengan kendaraan kekinian yang tidak ramah lingkungan dan bikin macet.

Amsterdam merupakan salah satu kota di Belanda yang menjadi urutan pertama  the top 20 most bicycle -friendly  cities index di dunia  pada tahun 2013 oleh The Copenhagenize index. Termasuk kota-kota lainnya mendominasi, seperti Utrecht di urutan ke tiga serta eindhoven urutan ke enam. Sepeda seperti menjadi jantung transportasi di negeri ini, tidak bisa dipisahkan dan menjadi icon yang sudah melekat.

Seperti yang dikatakn oleh mahasiswa berkebangsaan inggris yang kuliah di universitas Amstedram  “The Netherlands is designed  for cyclists, so it’s by far the best way to get around, whether you’re going to the supermarket or the club”.

Saking sudah melekatnya dengan kegiatan sehari-hari dan menjadi transportasi utama. Bahkan disaat hujan pun masih menggunakan sepeda sambil menggunakan payung. Yang menurut kita, orang Indonesia pasti aneh melihatnya.

source: www.bicycledutch.wordpress.com

Dan apa yang terjadi jika tempat parkir di Amsterdam sebagai ibukota negeri kincir angin ini kehabisan tempat? Karena di zaman sekarang, dituntut serba cepat dan efisien. Tentu ini akan sangat mengganggu aktifitas sehari-hari mereka, karena  kita tahu bahwa sepeda merupakan alat transportasi utama di negeri ini.

source: http://www.telegraph.co.uk

Ternyata lagi-lagi mereka mulai memutar otak, mereka merencanakan membuat  ruang garasi sepeda bawah air dan garasi terapung untuk memenuhi kebutuhan parkir sepeda yang semakin meningkat. Bangsa yang sebagian besar wilayahnya dikelilingi air ini, merencanakan 7000 ruang garasi sepeda dibawah tepi laut  berdekatan dengan pusat satasiun yang menghubungkan terowongan bawah tanah  ke kereta dan sistem metro. Dua pulau terapung dengan ruang untuk 2000 sepeda setiap masing-masing pulau juga akan di bangun dan diselesaikan kira-kira pada tahun 2020.

source: http://factodesign.com

Bayangkan saja wajar jika ini terjadi, karena populasi penduduk di Amsterdam mencapai 810.000 dengan 881.000 sepeda dan hanya memiliki 400.000 ruang parkir. Ini sih namanya overload sepeda yah, ruang untuk penyimpanan dengan sepeda itu sendiri tidak sebanding. Saking banyaknya sepeda dan kurangnya tempat parkir, jika salah parkir akan didenda €70 per sepeda. Sehingga pada tahun 2013, sebanyak 73.000 sepeda disita di jalanan. Salah satu contoh tempat parkir  sepeda di bawah tanah yang crowded sekali  yaitu Haarleem seperti yang terlihat di vidio di bawah ini.

source : 


Karena keterbatasannya, bangsa Belanda mandiri dengan mengatasi masalahnya. Seperti halnya DIY, yang juga salah satu maknanya yaitu independency. Anthony Robbins pernah berkata bahwa “Every problem is a gift, without problems we would not grow”. Masalah dan keterbatasan yang membuat mereka terus berinovasi.

Dengan keterbatasan, bukan berarti membatasi imaginasi mereka. Justru mereka mendobrak batasan itu dan keluar dari permasalahannya. Bukan tidak ada tindakan dan diam saja menunggu dibantu oleh orang lain. Tapi justru menginspirasi orang lain dengan inovasi-inovasinya. Bangsa yang besar dan terkenal karena inovasi dari setiap masalah-masalahnya. Berusaha mengatasi permasalahannya sendiri dan menjadi negara yang mandiri. Do It Yourself, mereka terapkan dengan tindakan nyata.

Punya masalah? Do it yourself................

Referensi :
  1. http://www.fastcodesign.com/3042791/amsterdam-is-planning-on-building-an-underwater-parking-garage-for-bike
  2. http://www.slideshare.net/HelmiHardian/diy-culture-helmi-hardian-debrina-tedja
  3. https://www.youtube.com/watch?v=xJTC-WzQmIw
  4. http://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/europe/netherlands/11433834/Amsterdam-to-build-underwater-parking-for-bicycles-after-running-out-of-space.html
  5.  http://www.dutchdailynews.com/amsterdam-ranked-most-bicycle-friendly-city-in-the-world/
  6. http://www.theguardian.com/education/2015/apr/01/six-ways-the-dutch-are-nailing-student-life
  7.      Nuffic. 2010. Life and Study. Netherlands: Nuffic