Daftar Blog Saya

Sabtu, 28 Maret 2015

My Paradise Tanjung Lesung

“A good traveler has no fixed plans and is not intent on arriving”
                                    (Lao Tzu)
Lebaran tahun 2013 kemarin kebetulan lagi dapet jatah libur 6 hari. Harta bagi orang-orang yang bergelut setiap hari dengan rutinitas kerja adalah waktu yang luang. Sepertinya terlalu disayangkan. Jika hanya duduk manis di rumah. Walaupun sebenarnya, berkumpul dengan keluarga juga merupakan kebahagiaan yang tidak bisa tergantikan. Namanya juga anak muda, pengennya kesana kemari mejeng sana mejeng sini. Travelling kesana kemari hanya untuk mengisi memori.
Paling tidak, nanti kalau ditanya cucunya ada cerita. Misalkan Cucunya nanya”Nek, dulu nenek kemana aja kalau jalan-jalan?”. Terus sang nenek, bingung jawabnya. Sambil mikir ini cucu ada-ada aja pertanyaannya. Neneknya menjawab”Nenek mah engak kemana-mana cu di rumah aja”. Padahal kan yang namanya anak kecil pasti suka dengan cerita. Apalagi cerita tentang petualangan misalnya. Jadinya cucunya kecewa, sang nenek enggak ada cerita.  
Jadi, dapet jatah liburnya digunakan dengan sebaik-baiknya. Pokokya pengen liburan. Terkadang kendala orang liburan adalah: waktu yang gak tepat, budget yang gak cukup dan gak ada teman yang bisa diajak maen bareng. Iyah coba bayangkan, kadang pas lagi ada budget, malah gak ada temen. Kadang ada waktu malah gak ada budget. Untungnya pas liburan lebaran kemarin, dengan sedikit maksa saudara deket buat nemenin akhirnya bisa juga. Sebenarnya waktunya yang agak kurang tepat. Secara, libur lebaran di tempat-tempat wisata penuhnya minta ampun.
Iyah, hari itu akhirnya kita berangkat juga naik motor boncengan ke Tanjung Lesung. Kami berempat, gue sama adek gue terus saudara gue sama pacarnya. Sebelumnya saudara gue yang cerewetnya minta ampun sempet sangsi. Selain jauh tempatnya, juga pasti bakalan macet. Dengan sotoynya gue bilang, enggak papa ha....ha....di otak gue Cuma ada*liburan oh liburan titik*
Benar saja praduga saudara gue, kita lewat pandeglang dan ternyata udah mulai padet dengan berbagai macam kendaraan. Cukup menguras waktu di jalan. Di Pandeglang kita istirahat dulu di rumah neneknya temen sambil makan siang. Kemudian langsung dilanjutkan lagi hingga ke labuan. Karena gue sendiri belum pernah ke Tanjung Lesung, Cuma menggerutu dalam hati. Ini kapan nyampe nya? Pantat gue udah mulai tepos ini. Ternyata memang perjalanannya cukup jauh dan ditambah macet pula. Tapi untungnya karena bawa motor, jadi bisa nyelip-nyelip.
Sebenarnya, kenapa pengen ke Tanjung Lesung? Selain, karena memang masih daerah Banten yang orang lokalnya sendiri kudu tahu dong yak. Udah gitu, emang liat foto-foto temen juga pemandangannya bagus. Jadi deh dari situ ngecess pengen kesana.
Sesampainya disana ternyata tempat yang gue bayangkan di foto teman berbeda. Saudara gue baru ngasih tahu. Untuk masuk ke resort itu yang didalamnya ada fasilitas menginap dan tempat yang gue maksud, harus bawa mobil. Motor di larang masuk. Seketika itu agak kecewa, akhirnya kita menelusuri daerah-daerah sekitarnya. Lelah bercampur kesal sambil melihat pemandangan sekitar. Setelah dilihat-lihat ternyata pemandangannya indah, walaupun kita tidak sampai di tempat tujuan pertama. Tapi sebenarnya kita mendapatkan ganti pemandangan yang tidak kalah indahnya.
Cuaca yang cerah seakan membuat panorama alamnya semakin terlihat. Pasir-pasir yang halus, batu-batu dan karang serta ombak melebur menjadi seperti lukisan alam yang keren dan indah. Lelah memang, tapi jika diganti dengan pemandangan ini rasanya lelah itu sirna seketika.
Nikmat hidup yang luar biasa, sebenarnya kebahagiaan adalah kita sendiri yang menciptakan. Apakah kita memilih untuk mensyukuri nikmat itu? Atau malah kita memilih kecewa dan tak menyadari nikmat yang tersembunyi. Pulangnya membeli oleh-oleh kerang yang baru gue temuin, soalnya bentuk cangkangnya yang tak bergerigi tapi halus dan mulus. Hari itu, gue bersyukur bisa berlibur sejenak meninggalkan hiruk pikuk rutinitas.




Jadi teringat dengan Rhenald Kasali  yang mengharuskan setiap mahasiswanya mempunyai paspor, lalu sekilas di dalam benak kita berkernyit sesaat. Untuk apa paspor? Bukankah untuk keluar negeri?. Terus kita yang kebanyakan berfikir pada umumnya realistis. Enggak punya uang buat jalan-jalan ke luar negeri. Cukup hanya membayangkan dan seperti tak berbuat apa-apa. Lalu apa yang terjadi dengan para mahasiswa beliau ini. Ternyata hampir 99 persen bisa terealisasi. Entah itu dengan nabung, mencari losmen-losmen murah, pokoknya nekat deh. Gue pikir mereka semua gila. Bayangkan, tanpa modal nekat merantau di negeri orang. Apa mereka enggak takut? Bahkan ada salah satu  mahasiswanya yang bisa mengunjungi 35 negara dengan menjadi pedagang kaki lima. Cukup tertampar dengannya, bahwa kebanyakan dari kita masih terkungkung dalam kotak realistis dan mengedepankan ketidakmungkinkan. Hasilnya? Kita menjadi takut dan tidak memutar otak untuk bepergian jauh. Intinya, mumpung kita masih masih muda.
i Jika ke luar negeri saja dikejar, apalagi yang di dalam negeri pastinya harus kita jelajahi. karena bangsa kita yang kaya budaya dan panorama. sehingga bertambah cintalah kita terhadap negeri ini yang tak kalah menarik dengan negara lain. Mulai dari lingkungan sekitar kita yang mungkin saja belum terjamah oleh kita. Yuk, mulai travelling darinya kita banyak belajar, selain mendapat wawasan kita juga mendapat pengalaman.

 Jurnal ini ditulis dalam rangka mengikuti Kompetisi Menulis Jurnal Perjalanan dari Tiket.com dannulisbuku.com #MenikmatiHidup #TiketBaliGratis 





2 komentar:

  1. Batu-batunya menambah keunikan pantai ini :) Mampir juga di blogku ya, aku menceritakan pengalaman mendaki penanjakan dan gunung bromo bersama teman-teman TF-SCALE dari Indonesia & Singapura ^^
    chalwoo

    BalasHapus
  2. Yuaps benar sekali, indah dan unik.Berkunjunglah ke daerah kami. Terima kasih atas kunjungan blognya ^^

    BalasHapus