Daftar Blog Saya

Kamis, 14 Juli 2016

Dunia anak-anak dan mainan



sumber gambar: www.was-was.com


Anak-anak itu peka sekali, peka penglihatan, pendengaran, pengecapan dan perasaannya.  Mereka mudah meniru apa yang lingkungan terdekatnya berikan, entah itu baik ataupun buruk. Terutama apa yang menjadi kebiasaan di rumah dan orang tua mereka ajarkan. Mereka juga punya begitu banyak pertanyaan, yang sering mereka lontarkan kepada orang-orang dewasa di sekitarnya. Kadang membuat geli, merenung, atau takjub dengan pertanyaan-pertanyaan mereka yang entah darimana. Mereka seperti sponge yang menyerap air yang bersih atau kotor tergantung apa yang ada disekelilingnya. 

Menurut saya menghadapi mereka itu harus punya amunisi. Amunisinya itu adalah ilmu. Tanpa ilmu kita bakalan nyasar dan bisa-bisa salah kaprah. Sedangkan kalau kita sampai ngasal dan salah kaprah. Apa jadinya coba? Anak itu kan bukan coba-coba, kata salah satu iklan yang ngehits banget kala itu.

Dan setiap anak itu, beda-beda. Mereka punya dunia alam pikirannya sendiri-sendiri. Menjadi orang tua tidak serta merta punya hak penuh atas kehidupannya. 

Akhir-akhir ini, jikalau saya melihat dede-dede bayi dan anak kecil. Tingkat kegemasan saya terhadap mereka jadi meningkat. Maklumlah, teman-teman sebaya sudah pada punya buntut. Oalah hahahaha, kalau lagi ngumpul sama temen rasanya pengen saya culik ke rumah itu dede-dede bayi yang lagi lucu-lucunya. *Abaikan kegemasan saya 

Waktu kita kecil, apa yang paling kita ingat? Memori apa yang paling membekas? Mainan dan permainan bukan sih?

Suatu ketika saya membaca koran tentang seseorang yang menyelundupkan mainan  dari Finlandia tempat tinggalnya ke Suriah. Orang ini lahir di Suriah, dan sering membawa bantuan berupa makanan ke Suriah. Awalnya bukan sengaja membawa mainan-mainan itu, tapi anaknya lah yang memintanya untuk membagikan mainan-mainannya untuk anak-anak di Suriah. Karena bujukan anaknya lah, orang ini membawa mainan yang ternyata numayan banyak itu. Ketika sesampainya di Suriah, bukan makanan yang diserbu. Tapi mainanlah yang menjadi serbuan anak-anak. Hingga orang ini terus membawa mainan seberat 8 kg tiap 2 bulan sekali, dan anak-anak akan mengantri dengan tertib. Sehingga tentu saja orang ini selalu dinantikan oleh mereka. 

Mainan membuat siswa merasakan seperti ada orang yang peduli. Anak saya mengingat mainannya lebih dari apapun di sekolah (kata salah seorang warga yang mendapatkan mainan anaknya dari orang ini)

Mereka, anak-anak di Suriah itu di tengah berbagai macam ketakutan, kelaparan dan himpitan kesusahan tetaplah seorang anak-anak yang butuh akan imajinasi dan dunia bermain. 

Saya sendiri masih ingat dulu jaman SD, Dibeliin mainan lego, ngerakit-rakit dengan tumpukan kotak-kotak yang warna-warni rasanya seru sekali. Mobil-mobilan kecil yang bisa melesat kalau ditarik mundur dan mobil pakai remot yang bisa menyala-nyala , boneka susan yang bisa ngomong sendiri. Saya mengingatnya dengan sangat baik, tapi saya tidak tahu dimana mainan itu sekarang yah. Paling tidak walaupun sekarang entah dimana barangnya, tapi kenangannya masih ada sampai sekarang. 

Mainan itu seperti hidup dan menjadi teman ketika kita masih kanak-kanak. Coba bayangkan saja ketika kita melihat anak kecil yang sedang mengobrol dengan bonekanya sendirian. Kita pasti akan tersenyum melihatnya. Mereka sedang belajar komunikasi dengan cara mereka sendiri. Bisa dibayangkan jikalau anak-anak tanpa mainan, apakah dunianya tidak kosong? Ada sesuatu yang ingin mereka isi, yaitu imajinasi.

Anak-anak itu magic, dengan tingkah polahnya yang biasa menurutnya. Bisa membuat orang-orang dewasa disekelilingnya bahagia tertawa.

Lebaran kemarin, saya diajakin ke pulau seribu dengan teman-teman. Cuman yak, mepet sekali pas hari lebaran kedua. Padahal saya pengen sekali snorkeling, dan menikmati indahnya laut disana. Berhaha hihi dengan teman-teman. Akhirnya saya urungkan niat saya. Kayanya waktunya kurang pas. 

Dan tiba-tiba saja saya ingin mengajak ponakan-ponakan main dan akhirnya kita main ke mall dan main Timezone sepuasnya. Adik saya dan saya sih jadi pengawal aja nemenin mereka. Terus, saya ditarik ke toko buku. Beli beberapa buku dan mulai membacakannya di rumah. 

Ketika kita melihat mereka bahagia, justru diri inilah yang paling bahagia. Ada sesuatu yang menelusup dalam jiwa. 

Walaupun jalan-jalannya Cuma ke mall terdekat
Walaupun jalan-jalannya Cuma ke toko buku
Walaupun jalan-jalannya Cuma lewat buku cerita

Tapi ada two different thing yang saya dapat, ketika kita jalan-jalan ke suatu tempat untuk diri sendiri itu membuat bahagia. Karena pada intinya ada kekopongan yang ingin kita isi. Tapi setelahnya mungkin kita akan lebih haus lagi. Bolong, kita isi lagi dan seterusnya. 

Beda lagi jalan-jalannya membersamai orang-orang yang kita cintai, selain kekopongan kita bisa terisi. Ternyata tanpa sadar kita juga sedang mengisi jiwa-jiwa yang kopong disekeliling kita. Lantas kebahagiaan seperti apa lagi, ketika kebahagiaan itu justru berlipat-lipat dengan mereka.
Mengukir memori-memori mereka, menghidupkan dunia imajinasi mereka. 

Pulang-pulangnya saya diciumin ponakan. Nah loh. Terima kasih loh aunty nya ini. Nanti kita main lagi yak.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar