Daftar Blog Saya

Kamis, 20 Oktober 2016

Parent With No Property, Han Hee-Seok



Buku ini sukses bikin saya mewek dan enggak tahu tiba-tiba jadi mellow gitu. Bukan buku novel, tapi true story yang ditulis oleh seorang ayah yang berjuang mendidik putrinya hingga masuk kuliah di perguruan tinggi favorit. Hal yang membuat saya terharu adalah perjuangannya yang Benar-benar berjalan beriringan, sama-sama belajar. Bukan menyerahkan sepenuhnya ke putrinya. 

Banyak  buku-buku yang mengangkat sosok ayah menjadi superheronya. Kenyataannya memang seperti itu bukan?. Di buku ini juga, sosok ayah ini sangat sabar dan telaten sekali membersamai putrinya. Diceritakan bahwa,  Han Hee Seok adalah seorang penulis yang karyanya berkali-kali gagal untuk masuk ke penerbitan dan sangat suka minuman keras. Bahkan sangat tidak perduli terhadap keluarganya. Tapi ternyata putrinya lah yang membuatnya sadar untuk berubah.


Awalnya Han Hee Seok merasa seberapa pun kerasnya ia berusaha dan bekerja tapi tetap saja kemiskinan terus berada di keluarganya. Ketika anak sulungnya masih SD dan rapor dibagikan, ternyata gurunya menulis bahwa Geoul tidak pandai dalam belajar. Tentu saja ini mengusik kedua orang tuanya. Apa yang harus dilakukan dengan anak sulungnya ini sedangkan kalau dikursuskan di luar, tidaklah mampu. Dan kenyataannya lagi, bahwa ternyata hampir sebagian teman-temannya kursus di luar. Han Hee Seok sadar kalau putri sulungnya tak boleh sepertinya, berada dalam lingkar kemiskinan. Mulai lah Han Hee Soek ini memiliki impian, menyekolahkan putrinya ke perguruan tinggi favorit tanpa kursus di luar.

Han Hee Seok menjadi pembimbing belajar putrinya. Dia tidak ingin menyerah dengan kemiskinan. Mulai dari menyuruh putrinya membandingkan buku matematika, anak yang mendapatkan rangking satu dan putrinya. Geoul menyadari buku catatan temannya banyak coretannya, sedangkan buku catatannya kosong. Membujuk Geol membaca koran tiap pagi, padahal untuk berlangganan koran harus mengeluarkan uang yang tak sedikit. Han Hee Seok tidak menyuruh tapi menaruh lembaran-lembaran koran itu di kamar mandi, tapi putrinya ternyata tidak membacanya. Lama-lama Geoul akhirnya mau juga membacanya.

Suatu ketika ketika Han Hee Seok bekerja, dia mendengar orang yang sedang bercakap-cakap bahasa inggris. Tentu saja, Han Hee Seok penasaran dan mengejar orang itu hanya untuk menanyakan bagaimana caranya bisa menguasai bahasa inggris. Selain itu juga Han Hee Seok rajin datang ke seminar ujian penerimaan mahasiswa baru di kampus favorit yang dia tuju. Padahal putrinya kala itu masih SMP. Rajin ke perpustakaan untuk meminjam buku dan membacakannya di rumah. Hingga perlahan dan dengan proses yang panjang, putrinya dari rangking 27 bisa mencapai rangking satu. Dan bisa diterima di perguruan tinggi dengan beasiswa.

Di buku ini, peran Han Hee Seok sangat besar sekali. Bukan hanya pemenuhan kebutuhan finansial sekolahnya saja. Tapi berlari maraton belajar secara bersama-sama dengan putrinya. Keajaiban itu memang harus diciptakan. Dari ketekunan dan keuletan. Bukan hanya dia berbakat atau tidak.

Banyak orangtua yang tidak sabar, anaknya tidak mendapatkan rangking bahkan misalkan rangking terakhir. Bukannya memotivasi anak, malah biasanya dimarahi atau malah dibanding-bandingkan. Padahal kehidupan itu tidak hanya tergantung pada nilai dan kepintaran dan tentu saja semua itu ada prosesnya. Tapi kenyataannya seperti itu, mudah kecewa dengan apa yang ada dihadapaan saat itu.

Bahkan ketika anaknya salah, atau terjatuh. Bukannya dibantu malah dipukul dan dimarahi. melampiaskan kekesalan bukan dengan cara seperti itu. Saya bahkan kadang melihat orangtuanya memukul anaknya ketika dia jatuh. Seketika itu anak itu diam. Pasti didalam hatinya berkecamuk dan ingin menangis. Kok tega yah, bisa seperti itu. Di buku ini, orangtuanya sangat mengerti tentang  memberikan reward dan punishment. Ketika putrinya ternyata begitu lambat dalam belajar, sang ibu justru kabur ke kamar mandi dan menangis. Bukan marah-marah dan mengata-ngatai, Dan ketika adiknya melakukan kesalahan, justru tidak dimarahi  tapi diberikan tanggung jawab atas kesalahannya. Padahal saat itu Han Hee Soek marah sekali, tapi ditahan.

Kutipan-kutipan 

"Meskipun tidak bisa menggantikan anak-anakku untuk belajar, aku sudah memantapkan hatiku untuk sehati dengan anakku dan berlari bersama dalam maraton belajar"

"Aku sangat membenci belajar. Namun alasanku suka membaca buku adalah karena suka melihat ayahku ketika membaca buku. Sekarang pun jika meminjam buku dari perpustakaan untuk anak-anakku, maka aku akan membacanya terlebih dahulu"

"Geoul sungguh menyadari bahwa belajar merupakan proses untuk menemukan. Dia tidak pernah terlalu lama mengeluh, fokus pada tujuan dan bersungguh-sungguh untuk meraih posisi pertama di sekolah. adiknya pun melihat kesungguhannya dan pelan-pelan tertular untuk mencintai ilmu"

Hasil yang baik itu bukan karena anak-anak memiliki otak yang pintar dan berbakat. Aku berhasil menanamkan kepada anak-anak sehingga mereka memiliki kesadaran bahwa ayahnya bukan hanya sebagai orangtua melainkan juga"kawan" bagi mereka.
 

Have a Child is, not just they are part of you
And you don't learn how they are
It should you learn and understand even when they are not yet to born ,
They are a gift from Allah, and we should keep them



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar